24
Oct
08

Gosip……Gosip dalam Teori Labelling

 

Suzanna

Suzanna

Ketika “Ratu Horor” Indonesia, Suzanna, meninggal dunia beberapa hari yang lalu, hampir semua infotainment di media televisi berlomba-lomba memberitakannya. Gosip pun hadir menyertai kepergiannya, mulai dari soal warisan, sampai tak akurnya antara suaminya Clif Sangra dengan anak tunggalnya, Kiki Maria. Julukan Ratu Horor kepada Suzanna tentu dikarenakan, seringnya aktris tersebut membintangi film-film Horor.  Begitu pula ketika artis cantik Zarima dulu tertangkap polisi karena kasus narkoba dengan beribu-ribu pil ectasy-nya,  maka masyarakatpun menjulukinya sebagai “Ratu Ectasy”. Dan ketika Kiki Fatmala berkonflik dengan ibundanya, kemudian ibunda Kiki Fatmala menjuluki aktris seksi itu sebagai anak durhaka. Maka masyarakat yang melihat konflik antara ibu-anak yang disebarkan oleh berbagai infotainment di televisi,  pun menjuluki Kiki Fatmala sebagai “Anak Durhaka”.Aktris atau orang yang mendapat penjulukan tersebut sulit untuk membela diri dan menghindar dari tuduhan tersebut. Teori penjulukan ( Labelling) diilhami terutama oleh terori insteraksi simbolik George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self and Society (1934), hanya saja diterapkan dalam dunia orang-orang yang menyimpang (deviants). Menurut Teori interaksi simbolik, manusia belajar memainkan berbagai peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini, menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan apa mereka, serta mendefinisikan situasi-situasi yang mereka masuki dan perilaku-perilaku pun berlangsung dalam konteks identitas soisal, makna dan definisi situasi tersebut.

Teori penjulukan menganggap penyimpangan (deviance) bukan sebagai seperangkat karakteristik individu atau kelompok, melainkan sebagai suatu proses interaksi antara deviants dan non deviants. Mereka yang mempresentasikan kekuasaan (sebagai atasan, selebriti, orang yang berstatus lebih tinggi, suami dsb) atau yang mampu memaksakan definisi moralitas konvensional terhadap orang lain, menyediakan sumber utama penjulukan. Julukan-julukan yang diterapkan  untuk menciptakan kategori penyimpangan-penyimpangan dengan demikian mencerminkan struktur kekuasaan masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulayan, MA, Teori penjulukan penting karena teori ini berangkat dari asumsi bahwa tidak ada satu suatu tindakan pun yang secara intrinsik kriminal. Menurut teori ini, proses penjulukan demikian dahsyat sehingga korban-korban pendefinisian orang lain yang bertubi-tubi itu akhirnya menggantikan citra-diri asli mereka, meskipun awalnya bertentangan dengan keinginan mereka. Dampak penjulukan itu lebih hebat bila juga disebarkan oleh pers, apalagi bila si terjuluk adalah rakyat jelata. Kadang-kadang si objek dapat memprotes penjulukan itu, namun sulit mengubah keadaan atau konsekuensi atas penjulukan tersebut. Contohnya, kasus artis cantik Tamara Bleszynki, yang dijuluki telah “mendepak suaminya” Tengku  Rafli Pasha, untuk bisa kencan dengan model “brondong” asal Kanada Mike Lewis.  Padahal , mungkin saja bahwa Tamara Bleszynki punya alasan kuat meninggalkan suaminya itu yang tak bisa diungkapkan karena malah akan membuka aib siapa sebenarnya Tengku Rafli itu.

Jadi gosip-gosip baik di dalam dunia selebriti atau masyarakat, biasanya akan memunculkan penjulukan-penjulukan terhadap seseorang. Dan kalau penjulukan sudah melekat pada diri kita terutama yang negatif, akan sangat sulit dihapus. Bagi artis mungkin  tak  ambil pusing dengan penjulukan tersebut karena malah akan menambah popularitasnya dia, beda dengan rakyat biasa, penjulukan tersebut bisa menghancurkan dirinya atau dikucilkan masyarakat kalau tidak cepat tanggap dan memperbaiki diri.


0 Responses to “Gosip……Gosip dalam Teori Labelling”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


No Smoking
Brighter Planet's 350 Challenge

Nice Pictures

My visitors

  • 27,387 hits

calendar

October 2008
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031